Langsung ke konten utama

Demografi - Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Serdang Bedagai

Pendahuluan
Pola penggunaan lahan bersifat sangat dinamis, bervariasi menurut waktu dan tempat. Barlowe (1986 dalam Gandasasmita, 2001) menyatakan bahwa dalam 16 menentukan penggunaan lahan, terdapat tiga faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor fisik lahan, faktor ekonomi, serta factor kelembagaan. Selain itu faktor kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan (Gandasasmita 2001). Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor - faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor - faktor lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan budidaya tanaman, kemudahan teknik budidaya ataupun pengolahan lahan dan kelestarian lingkungan. Faktor fisik ini meliputi kondisi iklim, sumberdaya air dan kemungkinan pengairan, bentuk lahan dan topografi, serta karakteristik tanah, yang secara bersama akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukanpada sebidang lahan.
I.DATA SUMBER DAYA FISIK
1.1 LETAK WILAYAH
Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57” Lintang Utara, 30 16” Lintang Selatan, 980 33” Bujur Timur, 990 27” Bujur Barat dengan luas wilayah 1.900,22 km2 dengan batas wilayah sebagai berikut sebelah utara dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah timur dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun, serta sebelah barat dengan kabupaten Deli Serdang. Dengan ketinggian wilayah 0-500 meter dari permukaan laut. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai:
Secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :
· Sebelah Utara : Selat Malaka
· Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun
· Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun
· Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

I.2 IKLIM
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk. Pengamatan Stasiun Sampali menunjukkan rata-rata kelembapan udara per bulan sekitar 84%, curah hujan berkisar antara 30 sampai dengan 340 mm perbulan dengan periodik tertinggi pada bulan Agustus-September 2004, hari hujan per bulan berkisar 8-26 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan Agutus-September 2004. Rata-rata kecepatan udara berkisar 1,9 m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,47 mm/hari. Temperature udara per bulan minimum 23,7 0C dan maksimum 32,2 0C.

udara.jpg

Keadaan Topografi

No.      Lokasi                         Kategori Lahan           Luas Potensial (Ha)     Bentuk wilayah
1          Sei Belutu       Potensial                      5082                            Datar
2          Perbaungan     Potensial                      5920                            Datar
3          Bendang          Fungsional                   1380                            Datar
4          Singosari         Fungsional                   880                              Datar
5          Sei Buluh        Potensial                      4030                            Datar
karakteristik udara serdang bedagai adalah :
oksigen = 20,59 %
nitrogen = 76,76%
karbondioksida = 0,03 %
hidrogen = 0,71 %
Ar = 0,92 %

1.3 HIDROLOGI
Kondisi pasang surut di perairan Kabupaten Serdang Bedagai termasuk pasang surut campuran, cenderung bersifat harian ganda (mixed prevailing semi diurnal) dengan 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam sehari dengan amplitudo dan periode pasang surut yang berbeda setiap hari. Tinggi pasang maksimum adalah 3 m dengan surut terendah 0,5 m. Suhu perairan berkisar antara 27-300C dengan kecerahan perairan rata-rata 2,8 m. Kecepatan arus berkisar antara 1-3 knot dengan arah arus dari Barat Daya, Timur Laut dan Tenggara.
Sungai Ular merupakan sumber utama penyediaan kebutuhan air irigasi persawahan di Serdang Bedagai, misalnya kecamatan Galang, Pagar Merbau, Lubuk Pakam, Pantai Cermin, Teluk Mengkudu dan sei Rampah. Sumber mata air daerah Irigasi Sungai Ular berasal dari pegunungan Bukit Barisan yang ditampung oleh Sungai Ular dengan panjang 115 km dan catchment area seluas 1.133,43 km yang bermuara diselat malaka, mempunyai 10 intake untuk mengairi 8 daerah irigasi yang mempunyai luas 18.500 Ha. Pada sungai ular terjadi penurunan dasar sungai ular dikarenakan adanya pihak yang melakukan pengambilan pasir hingga tidak terkontrol yang akibatnya terjadi perubahan morfologi sungai. Berikut adalah Data Irigasi :
No
Lokasi
Kategori lahan
Sumber air
Tipe Aliran
Debit
Pemanfaatan
1
Sei Belutu
Potensial
S.Belutu
Perennial
52,200
Irigasi Sawah
2
Perbaungan
Potensial
S.Ular
Perennial
10,311
Irigasi Sawah
3
Bendang
Fungsional
S.Ular
Perennial
2,403
Irigasi Sawah
4
Singosari
Fungsional
S.Ular
Perennial
1,532
Irigasi Sawah
5
Sei Buluh
Potensial
S.Ular
Perennial
7,001
Irigasi Sawah
II.PEMANFAATAN SUMBER DAYA
II.1 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
Berdasarkan kualitas (karakteristik) lahan (termasuk di dalamnya kondisi lingkungan dan iklim) setempat, dalam hal ini wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, dapat ditetapkan klassifiasi kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu di tempat (wilayah) itu. Data karakteristik (kualitas) lahan diperoleh dari pengamatan langsung (survei) lapangan (data primer) dan data sekunder yang bersumber dari Dinas/Instansi terkait. Data dapat pula diperoleh dari peta tematik yang ada seperti peta system lahan (land system), peta jenis tanah, peta kedalaman tanah, peta curah hujan, peta ketinggian tempat di atas permukaan laut, peta kemiringan lereng, peta geologi dan peta penggunaan lahan eksisting. Data kualitas (karakteristik) lahan yang diperoleh selanjutnya dibandingkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Dengan demikian, suatu kawasan (tempat) dengan kualitas (karakteristik) lahan tertentu yang dimilikinya dapat digolongkan ke dalam kelas kesesuaian lahan tertentu untuk komoditi yang dievaluasi.
Berdasarkan petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditas pertanian yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Tanah (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat) Bogor (2003) terdapat empat kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :
a. Kelas S1 (Sangat Sesuai)
Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan menurunkan produktivitas lahan secara nyata.
b. Kelas S2 (Cukup Sesuai)
Lahan pada kelas S2 ini mempunyai faktor pembatas dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya. Memerlukan tambahan masukan (input) yang tidak terlalu besar sehingga faktor pembatas tersebut biasanya dapat diatasi sendiri oleh petani.RTRW KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 2006 – 2016


c. Kelas S3 (Sesuai Marginal)
Lahan pada kelas S3 ini mempunyai faktor pembatas yang berat dan factor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya. Memerlukan tambahan masukan (input) yang lebih banyak dari lahan yang tergolong kelas S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada lahan kelas S3 ini memerlukan modal tinggi sehingga perlu ada bantuan atau campur tangan (intervensi) Pemerintah atau Pihak Swasta. Tanpa bantuan tersebut petani tidak dapat mengatasinya sendiri. Kelas N (Tidak Sesuai) Lahan pada kelas ini tidak sesuai untuk penggunaan tertentu karena memiliki faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sangat sulit diatasi. Membiarkan lahan dalam kondisi alaminya merupakan cara terbaik mengatasi kemungkinan
terjadinya degradasi lahan pada kelas N ini. Guna memudahkan pemilihan jenis komoditas yang akan dievalusi, karena komoditas sangat bervariasi (banyak jenisnya), maka tindakan pertama yang harus dilakukan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan komoditas tertentu di suatu wilayah, adalah pemilihan jenis komoditi yang sesuai berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut dan jenis penggunaan lahan eksisting yang berlaku (dibudidayakan) saat ini. Berdasarkan peta ketinggian tempat di atas permukaan laut dapat diketahui bahwa seluruh wilayah Kabupaten Serdang Bedagai berada pada ketinggian kurang 0-500 meter di atas permukaan laut. Ini berarti wilayah Kabupaten Serdang Bedagai berada pada zona dataran rendah sehingga untuk komoditas tanaman yang sesuai pada dataran tinggi, umumnya hortikultura (sayuran, bungabungaan,dan buah-buahan), tidak perlu dilakukan evaluasi (dibuat klassifikasi kesesuaian lahannya). Itu sebabnya, bila dilihat dari peta penggunaan lahan eksisting di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, komoditas yang banyak dibudidayakan adalah padi sawah, kelapa sawit, karet, kakao, kelapa, kebun campuran (dominan terdiri dari durian, kemiri dan pinang), dan perikanan air payau.
Selanjutnya berdasarkan parameter kualitas (karakteristik) lahan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai yang diperoleh dibandingkan (matching) dengan kriteria kesesuaian lahannya (persyaratan tumbuh tanaman), komoditi-komoditi RTRW KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 2006 – 2016 terpilih tersebut dievaluasi dan ditetapkan kelas kesesuaian lahannya yang kemudian digambarkan ke dalam peta kesesuaian lahan untuk penggunaan komoditas tertentu dai Kabupaten Serdang Bedagai. Dari peta-peta tematik, sebagaimana telah disebutkan terdahulu, terutama peta land system, dapat pula ditetapkan pengelompokan kualitas (karakteristik) lahan yang kemudian dijadikan dasar dalam evaluasi dan penggambaran peta kesesuaian lahan. Parameter utama kualitas (karakteristik) lahan yang dipilih untuk mengevaluasi kesesuaian lahan bagi komoditi terpilih di Kabupaten Serdang Bedagai adalah:
1. Temperatur udara rerata (oC) yang ditetapkan berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut dengan persamaan Braak (1928) dalam BPT Bogor (2003): t = 26,3oC - (0,01 x ketinggian tempat x 0,6oC)
2. Curah hujan tahunan (mm) yang diperoleh dari peta curah hujan Kabupaten Serdang Bedagai
3. Tekstur tanah yang diperoleh dari pengamatan lapangan dan estimasi dari peta jenis tanah dan peta geologi Kabupaten Serdang Bedagai.
4. Kedalaman tanah (cm) yang diperoleh dari pengamatan lapangan dan peta sebaran kedalaman tanah Kabupaten Serdang Bedagai.
5. Kemiringan lereng (%)yang diperoleh dari pengamatan lapangan dan peta sebaran kemiringan lereng Kabupaten Serdang Bedagai.
Dipilihnya 5 parameter kualitas (karakteristik) lahan tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan bahwa parameter-parameter tersebut merupakan factor pembatas alami yang tidak dapat dan/atau sukar diubah oleh manusia (tingkat kesulitan tinggi). Dengan demikian, klasifikasi kesesuaian lahan yang diperoleh menggambarkan klassifikasi kesesuaian lahan aktual dan sekaligus potensial.

II.2. ANALISIS GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
Geologi dalam konteks permasalahan lingkungan dapat dipandang sebagai sumberdaya alam (natural resources) yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia dan geologi sebagai proses alam yang dapat dipelajari dari aspek-aspek yang timbul untuk ditanggulangi dan dihindari. Pembahasan dalam aspek geologi tata lingkungan meliputi bahaya lingkungan beraspek geologis dan sumberdaya alam, yaitu bahan bangunan dan bahan lainnya. Bahaya lingkungan yang beraspek geologis mencakup erosi dan gerakan tanah. Perlunya hal ini di analisis karena pembangunan fisik yang sedang giat-giatnya dilakukan perlu memperhitungkan resiko terhadap bahaya lingkungan geologi sehingga dapat terhindar dari kesulitan dikemudian hari.
1. Erosi
Erosi dan sedimentasi sangat erat kaitannya satu sama lainnya. Erosi sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain: iklim, vegetasi, gerakan air, angin, morfologi, topografi, gerakan tanah, dan faktor manusia. Sedangkan sedimen tergantung kepada macam dan ukuran butiran fragmen, macam dan gerak media transportasi, dan banyak dipengaruhi juga oleh morfologi, tofografi serta factor manusia.
2. Struktur Geologi
Gerakan tanah dapat mempengaruhi morfologi secara setempat dalam dimensi beberapa meter persegi hingga puluhan hektar. Arah gerakan banyak dipengaruhi oleh morfologi tanah dan biasanya bergerak dari tempat yang lebih tinggi ketempat yang lebih rendah. Beberapa akibat yang timbul dari adanya gerakan tanah antara lain meningginya sifat erosi suatu wilayah, berkurangnya kesuburan tanah dan beberapa bentuk morfologi. Bentuk morfologi yang dihasilkan antara lain: tebing-tebing terjal, danau-danau kecil, dan medan-medan tidak rata pada daerah akumulasi longsor. Gerakan tanah juga mampengaruhi/meningkatkan erosibilitas suatu wilayah dan mengurangi kesuburan tanah akibat terbalik-baliknya lapisan tanah.
3. Sumber Daya Mineral
Potensi sumberdaya mineral yang bernilai eksport berupa minyak bumi, emas, timah hitam, tembaga, bentonit dan seng. Namun sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari bahan galian golongan C serta sumberdaya mineral untuk bahan baku industri seperti karet, coklat, dan sawit. Sumberdaya mineral tersebut seperti Golongan C terdapat di sekitar sungai ular sedangkan untuk bahan baku industri seperti karet terdapat di setiap kecamatan kecuali Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan Pantai Cermin sedangkan sawit tersebar di seluruh kecamatan.
II.3 KONDISI EKONOMI PERAIRAN
Vegetasi darat dan pantai yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai umumnya didominasi oleh pohon kelapa (Cocus nucifera), semak dan mangrove. Pohon kelapa banyak dibudidayakan oleh masyarakat, sementara hutan mangrove dapat ditemui mulai dari pantai timur bagian selatan. Beberapa jenis mangrove yang umum dijumpai di Kabupaten Serdang Bedagai adalah bakau (Rhizophora spp), api-api (Avicennia spp), tanjung (Bruguiera spp), tengar (Ceriops spp) dan Nipah (Nypa fructicans). Ekosistem mangrove di Kabupaten Serdang Bedagai merupakan ekosistem yang kompleks dimana banyak organisme laut dan darat yang berasosiasi intensif dengan ekosistem ini, seperti jenis reptil biawak dan ular, ikan, burung, dan crustacea.
Jenis-jenis karang yang ditemukan di sekitar Pulau Berhala termasuk ke dalam jenis karang keras (hard coral) seperti massive coral dengan penutupan 53%, acropora tabulate 24%, acropora digitata 15%, dan coral branching 7%. Ekosistem Karang di perairan sekitar Pulau Berhala merupakan ekosistem yang kompleks dimana banyak organisme laut yang berasosiasi intensif dengan ekosistem utama pulau ini, seperti penyu hijau (Chelonia mydas) biasanya bertelur pada bulan Mei dan Juni setiap tahunnya di pantai Pulau Berhala. Kehadiran penyu-penyu tersebut menjadi harapan tersendiri bagi kegiatan konservasi dan pengembangbiakan penyu sebagai salah satu fauna yang dilindungi. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai telah mengeluarkan Perda No. 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Pulau Berhala sebagai kawasan wisata bahari berwawasan lingkungan (Eco Mmarine Tourism). Beberapa ikan karang konsumsi yang dijumpai adalah jenis ikan kerapu (Chomileptes altivelis, Ephinephelus fuscoguttatus), ikan kakap (Baroci) (Lutjanus decussatus), ikan baronang (Siganus coralinus, S. dolainus), ikan ekor kuning (Caesio kuning), ikan tanda-tanda (Lutjanus Fulvilamma), ikan pari bintik biru (Halichoeris centriquadrus), ikan gitaran (Rhynchobatus djiddesis), ikan pari (Rhinotera javanica), dan beberapa jenis ikan hias.




II.3 ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN
Analisis penggunaan tanah di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari analisis penggunaan tanah untuk kawasan budidaya yaitu: Kawasan hutan produktif; kawasan hutan rakyat; kawasan pertanian; kawasan pertambangan; kawasan peruntukan industri; kawasan pariwisata; dan  kawasan permukiman. Analisis penggunaan tanah untuk kawasan lindung yaitu: kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka alam; kawasan pelestarian alam; kawasan cagar budaya; kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung lainnya. Tujuan analisis penggunaan tanah adalah agar tanah dapat dimanfaatkan secara optimal, seimbang, serasi, dan lestasi serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Agar tujuan perencanaan penggunaan tanah dapat tercapai perlu suatu pedoman untuk diperhatikan antara lain:
1. Pedoman Politik
Bahwa rencana penggunaan tanah itu harus benar-benar mampu menjabarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan yang sudah ditetapkan sebelumnya misal: Propeda Provinsi, Propeda Kabupaten dan sebagainya serta ketentuan-ketentuan tentang pengolahan Lingkungan Hidup sesuai dengan UU No. 4 tahun 1982, Keppres No. 32 tahun 1990 dan PP No.47 Tahun 1997.

2. Pedoman Hukum
Bahwa perencanaan penggunaan tanah itu harus memperhatikan danmenghormati hak-hak yang melekat atas tanah, sehingga dalam pelaksanaan rencana tidak menimbulkan keresahan. Aturan-aturan yang harus diakui dalam mencapai tertib hukum dan tertib administrasi pertanahan adalah seperti yang tertuang dalam UUPA khusus pasal 16, 18 dan 19, UU No. 20 tahun 1961 tentang pencabutan hak, PP No. 10 tahun 1961 tentang pendaftaran tanah dan Impres No. 9 tahun 1973 tentang batas-batas kepentingan umum.
3. Pedoman Organisatoris
Bahwa sektor-sektor tidak boleh mencari tanah secara sendiri-sendiri, sebabakan terjadi tumpang tindih. Oleh sebab itu dalam hal mencari tanah didaerah harus lewat satu pintu, yaitu melalui Kepala Daerah (Gubernur atau Bupati). Pelaksanaan pembangunan dan sistem pengawasannya harus berpegang pada aturan yang tunggal, karena itu secara organisatoris, baik perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan harus mengikuti aturan yang tertuang dalam UU No. 5 tahun 1974.
4. Pedoman Teknis
Bahwa secara teknis perencanaan penggunaan tanah itu harus berpedoman kepada azas-azas: optimalisasi, keseimbangan,keserasian dan kelestarian lingkungan. Sebagai pedoman dapat digunakan konsep-konsep Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya, konsep wilayah/konsep kesesuaian lahan.
Kesimpulan
1.      Iklim di Wilayah Serdang bedagai menurut system klasifikasinya yaitu iklim E2 dengan kesesuaian untuk pertanian yaitu daerah ini umumnya terlalu kering, maka ganya bias ditanami palawija
2.      Keadaan Topografi di wilayah studi tergolong datar dengan kemiringan 0-3%
3.      Tekstur tanah didominasi oleh tekstur berlempung, mulai dari lempung hingga lempung lait berpasir dengan permeabilitas sangat lambat.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, 1992. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan, Fauzi,Sarifuddin dan H. Hanum.2010.Kesuburan Tanah dan Pemupukan.USU Press. Medan.
Hasibuan, B. E., 2006. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara Medan.

www.wikipedia.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritikan Terhadap Teori Talcott Parsons : Fungsionalisme Struktural

Talcott Parsons: Fungsionalisme Struktural                                 Pendahuluan  Di era modernisasi bahwa keilmuan merupakan sarat utama yang harus di miliki oleh manusia agar dapat menjalankan hidup secara dinamis dan kontekstual. Unsur-unsur yang bersifat rasional sangat dijunjung tinggi sebagai pembuktian tentang hal tersebut sehingga dapat dikategorikannya ke dalam sebuah ilmu yang bersifat ilmiah. Berbagai pendekatan dalam kajian dunia keilmuan merupakan hal yang terpenting untuk memperkuat fakta dan data agar dapat dijadikan sesuatu yang empiris berdasarkan rasionalitas manusia. Secara normatif, sesuatu dikatakan sebagai ilmu dalam konteks sekarang salah satunya adalah memiliki teori di dalamnya. Teori berfungsi sebagai pisau analisis dari sebuah keilmuan. Tingkat pengelompokan teori-teori dalam keilmuan pada hakekat dan perkembangannya dibagi ke dalam beberapa bagian sesuai deng...

Ngurus Surat Bebas Narkoba, Surat Sehat dan Surat Tidak Sakit Jiwa di RS Permerintah Medan

Berbagi cerita mengurus surat keterangan bebas Narkoba di Rumah Sakit Umum Pemerintah Pirngadi Medan. Untuk melengkapai berkas pengurusan NIDN saya harus melampirkan beberapa berkas, salah satunya yaitu surat bebas narkoba, surat keterang sehat, dan tidak sakit jiwa. Saya dtg ke RS Pirngadi Medan sekitar pukul 10.00 pagi, saya fikir langsung ke bagian test..ehhhh ternyata saya harus mendaftar dulu ke loket rawat inap yg ada di ujung bangunan rumah sakit..distu saya harus bayar Rp.15.000 untuk mendaftar. Setelah itu naik ke lantai 3 untuk tes bebas narkoba, dtg ke loket tunjukin kertas kuitansi dr yg 15rb td terus nanti nama kita di cetakin barecode, dan di tempelin sprti stiker di wadah kecil untuk menampung air seni, tp sblm itu harus kekasir dulu untuk bayar Rp.160.000. Selesai membayar karna menunggu hasilnya sekitar 1 jam lebih jadi saya putuskan untuk buat surat keterangan sehat. turun lah saya ke lantai 2 dengan menggunakan lift, sampai disana keruangan sus...

Gaya Kepemimpinan Organisasi HMI

                 GAYA KEPEMIMPINAN DI ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM Pendahuluan 1.1   Latar Belakang Mahasiswa adalah seseorang yang belajar/ menuntut ilmu di perguruan tinggi tertentu dan masih terdaftar di perguruan tinggi tersebut. Dengan demikian mahasiswa merupakan kaum intelektual yang memiliki tanggungjawab sosial yang khas sebagai mana yang telah dirumuskan oleh Edward Shill. menurutnya kaum intelektual memiliki lima fungsi yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik. Sedangkan menurut Arbi Sanit mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir. Berdasar beberapa pendapat di atas tentunya kita selaku mahasiswa harus menyadari fungsi dan perannya di masyarakat, sehingga bisa menempatkan diri secara proporsional sesuai den...