Pendahuluan
Pola
penggunaan lahan bersifat sangat dinamis, bervariasi menurut waktu dan tempat.
Barlowe (1986 dalam Gandasasmita, 2001) menyatakan bahwa dalam 16 menentukan
penggunaan lahan, terdapat tiga faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu
faktor fisik lahan, faktor ekonomi, serta factor kelembagaan. Selain itu faktor
kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat juga akan mempengaruhi pola
penggunaan lahan (Gandasasmita 2001). Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan
lahan adalah faktor - faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi
faktor - faktor lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan dan budidaya tanaman, kemudahan teknik budidaya
ataupun pengolahan lahan dan kelestarian lingkungan. Faktor fisik ini meliputi
kondisi iklim, sumberdaya air dan kemungkinan pengairan, bentuk lahan dan
topografi, serta karakteristik tanah, yang secara bersama akan membatasi apa
yang dapat dan tidak dapat dilakukanpada sebidang lahan.
I.DATA SUMBER DAYA FISIK
1.1 LETAK WILAYAH
Kabupaten
Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57” Lintang Utara, 30 16”
Lintang Selatan, 980 33” Bujur Timur, 990 27”
Bujur Barat dengan luas wilayah 1.900,22 km2 dengan batas
wilayah sebagai berikut sebelah utara dengan Selat Malaka, sebelah Selatan
dengan Kabupaten Simalungun, sebelah timur dengan Kabupaten Asahan dan
Kabupaten Simalungun, serta sebelah barat dengan kabupaten Deli Serdang. Dengan
ketinggian wilayah 0-500 meter dari permukaan laut. Letak
Geografis Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai:
Secara administratif Kabupaten Serdang
Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :
· Sebelah Utara : Selat Malaka
· Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan
Simalungun
· Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun
· Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang
I.2 IKLIM
Kabupaten Serdang
Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir sama dengan
Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk. Pengamatan Stasiun Sampali
menunjukkan rata-rata kelembapan udara per bulan sekitar 84%, curah hujan
berkisar antara 30 sampai dengan 340 mm perbulan dengan periodik tertinggi pada
bulan Agustus-September 2004, hari hujan per bulan berkisar 8-26 hari dengan
periode hari hujan yang besar pada bulan Agutus-September 2004. Rata-rata
kecepatan udara berkisar 1,9 m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,47
mm/hari. Temperature udara per bulan minimum 23,7 0C dan
maksimum 32,2 0C.
Keadaan Topografi
No. Lokasi Kategori
Lahan Luas Potensial (Ha) Bentuk wilayah
1
Sei Belutu Potensial 5082 Datar
2 Perbaungan Potensial 5920 Datar
3 Bendang Fungsional 1380 Datar
4
Singosari Fungsional 880 Datar
5 Sei Buluh Potensial 4030 Datar
karakteristik
udara serdang bedagai adalah :
oksigen =
20,59 %
nitrogen =
76,76%
karbondioksida
= 0,03 %
hidrogen =
0,71 %
Ar =
0,92 %
1.3 HIDROLOGI
Kondisi
pasang surut di perairan Kabupaten Serdang Bedagai termasuk pasang surut
campuran, cenderung bersifat harian ganda (mixed prevailing semi diurnal)
dengan 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam sehari dengan amplitudo dan periode
pasang surut yang berbeda setiap hari. Tinggi pasang maksimum adalah 3 m dengan
surut terendah 0,5 m. Suhu perairan berkisar antara 27-300C dengan kecerahan
perairan rata-rata 2,8 m. Kecepatan arus berkisar antara 1-3 knot dengan arah
arus dari Barat Daya, Timur Laut dan Tenggara.
Sungai
Ular merupakan sumber utama penyediaan kebutuhan air irigasi persawahan di
Serdang Bedagai, misalnya kecamatan Galang, Pagar Merbau, Lubuk Pakam, Pantai
Cermin, Teluk Mengkudu dan sei Rampah. Sumber mata air daerah Irigasi Sungai
Ular berasal dari pegunungan Bukit Barisan yang ditampung oleh Sungai Ular dengan
panjang 115 km dan catchment area seluas 1.133,43 km yang bermuara diselat
malaka, mempunyai 10 intake untuk mengairi 8 daerah irigasi yang mempunyai luas
18.500 Ha. Pada sungai ular terjadi penurunan dasar sungai ular dikarenakan
adanya pihak yang melakukan pengambilan pasir hingga tidak terkontrol yang
akibatnya terjadi perubahan morfologi sungai. Berikut adalah Data Irigasi :
No
|
Lokasi
|
Kategori lahan
|
Sumber air
|
Tipe Aliran
|
Debit
|
Pemanfaatan
|
1
|
Sei Belutu
|
Potensial
|
S.Belutu
|
Perennial
|
52,200
|
Irigasi Sawah
|
2
|
Perbaungan
|
Potensial
|
S.Ular
|
Perennial
|
10,311
|
Irigasi Sawah
|
3
|
Bendang
|
Fungsional
|
S.Ular
|
Perennial
|
2,403
|
Irigasi Sawah
|
4
|
Singosari
|
Fungsional
|
S.Ular
|
Perennial
|
1,532
|
Irigasi Sawah
|
5
|
Sei Buluh
|
Potensial
|
S.Ular
|
Perennial
|
7,001
|
Irigasi Sawah
|
II.PEMANFAATAN SUMBER DAYA
II.1
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
Berdasarkan
kualitas (karakteristik) lahan (termasuk di dalamnya kondisi lingkungan dan
iklim) setempat, dalam hal ini wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, dapat
ditetapkan klassifiasi kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu di tempat
(wilayah) itu. Data karakteristik (kualitas) lahan diperoleh dari pengamatan
langsung (survei) lapangan (data primer) dan data sekunder yang bersumber dari
Dinas/Instansi terkait. Data dapat pula diperoleh dari peta tematik yang ada
seperti peta system lahan (land system), peta jenis tanah, peta kedalaman
tanah, peta curah hujan, peta ketinggian tempat di atas permukaan laut, peta
kemiringan lereng, peta geologi dan peta penggunaan lahan eksisting. Data
kualitas (karakteristik) lahan yang diperoleh selanjutnya dibandingkan
(matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun
berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman yang
dievaluasi. Dengan demikian, suatu kawasan (tempat) dengan kualitas
(karakteristik) lahan tertentu yang dimilikinya dapat digolongkan ke dalam
kelas kesesuaian lahan tertentu untuk komoditi yang dievaluasi.
Berdasarkan
petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditas pertanian yang dikeluarkan oleh
Balai Penelitian Tanah (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat)
Bogor (2003) terdapat empat kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :
a.
Kelas S1 (Sangat Sesuai)
Lahan
tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan
secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan
menurunkan produktivitas lahan secara nyata.
b.
Kelas S2 (Cukup Sesuai)
Lahan
pada kelas S2 ini mempunyai faktor pembatas dan faktor pembatas ini akan
berpengaruh terhadap produktivitasnya. Memerlukan tambahan masukan (input) yang
tidak terlalu besar sehingga faktor pembatas tersebut biasanya dapat diatasi
sendiri oleh petani.RTRW KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 2006 – 2016
c.
Kelas S3 (Sesuai Marginal)
Lahan
pada kelas S3 ini mempunyai faktor pembatas yang berat dan factor pembatas ini
akan berpengaruh terhadap produktivitasnya. Memerlukan tambahan masukan (input)
yang lebih banyak dari lahan yang tergolong kelas S2. Untuk mengatasi faktor
pembatas pada lahan kelas S3 ini memerlukan modal tinggi sehingga perlu ada
bantuan atau campur tangan (intervensi) Pemerintah atau Pihak Swasta. Tanpa
bantuan tersebut petani tidak dapat mengatasinya sendiri. Kelas N (Tidak
Sesuai) Lahan pada kelas ini tidak sesuai untuk penggunaan tertentu karena
memiliki faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sangat sulit diatasi.
Membiarkan lahan dalam kondisi alaminya merupakan cara terbaik mengatasi
kemungkinan
terjadinya
degradasi lahan pada kelas N ini. Guna memudahkan pemilihan jenis komoditas
yang akan dievalusi, karena komoditas sangat bervariasi (banyak jenisnya), maka
tindakan pertama yang harus dilakukan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan
komoditas tertentu di suatu wilayah, adalah pemilihan jenis komoditi yang
sesuai berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut dan jenis
penggunaan lahan eksisting yang berlaku (dibudidayakan) saat ini. Berdasarkan
peta ketinggian tempat di atas permukaan laut dapat diketahui bahwa seluruh
wilayah Kabupaten Serdang Bedagai berada pada ketinggian kurang 0-500 meter di
atas permukaan laut. Ini berarti wilayah Kabupaten Serdang Bedagai berada pada
zona dataran rendah sehingga untuk komoditas tanaman yang sesuai pada dataran
tinggi, umumnya hortikultura (sayuran, bungabungaan,dan buah-buahan), tidak
perlu dilakukan evaluasi (dibuat klassifikasi kesesuaian lahannya). Itu
sebabnya, bila dilihat dari peta penggunaan lahan eksisting di wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai, komoditas yang banyak dibudidayakan adalah padi
sawah, kelapa sawit, karet, kakao, kelapa, kebun campuran (dominan terdiri dari
durian, kemiri dan pinang), dan perikanan air payau.
Selanjutnya
berdasarkan parameter kualitas (karakteristik) lahan di wilayah Kabupaten
Serdang Bedagai yang diperoleh dibandingkan (matching) dengan kriteria
kesesuaian lahannya (persyaratan tumbuh tanaman), komoditi-komoditi RTRW KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI 2006 – 2016 terpilih tersebut dievaluasi dan ditetapkan kelas
kesesuaian lahannya yang kemudian digambarkan ke dalam peta kesesuaian lahan
untuk penggunaan komoditas tertentu dai Kabupaten Serdang Bedagai. Dari
peta-peta tematik, sebagaimana telah disebutkan terdahulu, terutama peta land
system, dapat pula ditetapkan pengelompokan kualitas (karakteristik) lahan yang
kemudian dijadikan dasar dalam evaluasi dan penggambaran peta kesesuaian lahan.
Parameter utama kualitas (karakteristik) lahan yang dipilih untuk mengevaluasi kesesuaian
lahan bagi komoditi terpilih di Kabupaten Serdang Bedagai adalah:
1.
Temperatur udara rerata (oC) yang ditetapkan berdasarkan ketinggian tempat di
atas permukaan laut dengan persamaan Braak (1928) dalam BPT Bogor (2003): t =
26,3oC - (0,01 x ketinggian tempat x 0,6oC)
2.
Curah hujan tahunan (mm) yang diperoleh dari peta curah hujan Kabupaten Serdang
Bedagai
3.
Tekstur tanah yang diperoleh dari pengamatan lapangan dan estimasi dari peta
jenis tanah dan peta geologi Kabupaten Serdang Bedagai.
4.
Kedalaman tanah (cm) yang diperoleh dari pengamatan lapangan dan peta sebaran
kedalaman tanah Kabupaten Serdang Bedagai.
5.
Kemiringan lereng (%)yang diperoleh dari pengamatan lapangan dan peta sebaran
kemiringan lereng Kabupaten Serdang Bedagai.
Dipilihnya
5 parameter kualitas (karakteristik) lahan tersebut di atas didasarkan pada
pertimbangan bahwa parameter-parameter tersebut merupakan factor pembatas alami
yang tidak dapat dan/atau sukar diubah oleh manusia (tingkat kesulitan tinggi).
Dengan demikian, klasifikasi kesesuaian lahan yang diperoleh menggambarkan
klassifikasi kesesuaian lahan aktual dan sekaligus potensial.
II.2. ANALISIS GEOLOGI TATA
LINGKUNGAN
Geologi
dalam konteks permasalahan lingkungan dapat dipandang sebagai sumberdaya alam
(natural resources) yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia dan
geologi sebagai proses alam yang dapat dipelajari dari aspek-aspek yang timbul
untuk ditanggulangi dan dihindari. Pembahasan dalam aspek geologi tata
lingkungan meliputi bahaya lingkungan beraspek geologis dan sumberdaya alam,
yaitu bahan bangunan dan bahan lainnya. Bahaya lingkungan yang beraspek
geologis mencakup erosi dan gerakan tanah. Perlunya hal ini di analisis karena
pembangunan fisik yang sedang giat-giatnya dilakukan perlu memperhitungkan
resiko terhadap bahaya lingkungan geologi sehingga dapat terhindar dari
kesulitan dikemudian hari.
1.
Erosi
Erosi
dan sedimentasi sangat erat kaitannya satu sama lainnya. Erosi sangat tergantung
dari beberapa faktor antara lain: iklim, vegetasi, gerakan air, angin, morfologi,
topografi, gerakan tanah, dan faktor manusia. Sedangkan sedimen tergantung
kepada macam dan ukuran butiran fragmen, macam dan gerak media transportasi,
dan banyak dipengaruhi juga oleh morfologi, tofografi serta factor manusia.
2.
Struktur Geologi
Gerakan
tanah dapat mempengaruhi morfologi secara setempat dalam dimensi beberapa meter
persegi hingga puluhan hektar. Arah gerakan banyak dipengaruhi oleh morfologi
tanah dan biasanya bergerak dari tempat yang lebih tinggi ketempat yang lebih
rendah. Beberapa akibat yang timbul dari adanya gerakan tanah antara lain
meningginya sifat erosi suatu wilayah, berkurangnya kesuburan tanah dan beberapa
bentuk morfologi. Bentuk morfologi yang dihasilkan antara lain: tebing-tebing
terjal, danau-danau kecil, dan medan-medan tidak rata pada daerah akumulasi
longsor. Gerakan tanah juga mampengaruhi/meningkatkan erosibilitas suatu
wilayah dan mengurangi kesuburan tanah akibat terbalik-baliknya lapisan tanah.
3.
Sumber Daya Mineral
Potensi
sumberdaya mineral yang bernilai eksport berupa minyak bumi, emas, timah hitam,
tembaga, bentonit dan seng. Namun sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten
Serdang Bedagai terdiri dari bahan galian golongan C serta sumberdaya mineral
untuk bahan baku industri seperti karet, coklat, dan sawit. Sumberdaya mineral
tersebut seperti Golongan C terdapat di sekitar sungai ular sedangkan untuk
bahan baku industri seperti karet terdapat di setiap kecamatan kecuali
Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan Pantai Cermin sedangkan sawit tersebar
di seluruh kecamatan.
II.3 KONDISI EKONOMI PERAIRAN
Vegetasi
darat dan pantai yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai umumnya didominasi
oleh pohon kelapa (Cocus nucifera), semak dan mangrove. Pohon kelapa banyak
dibudidayakan oleh masyarakat, sementara hutan mangrove dapat ditemui mulai
dari pantai timur bagian selatan. Beberapa jenis mangrove yang umum dijumpai di
Kabupaten Serdang Bedagai adalah bakau (Rhizophora spp), api-api (Avicennia
spp), tanjung (Bruguiera spp), tengar (Ceriops spp) dan Nipah (Nypa
fructicans). Ekosistem mangrove di Kabupaten Serdang Bedagai merupakan
ekosistem yang kompleks dimana banyak organisme laut dan darat yang berasosiasi
intensif dengan ekosistem ini, seperti jenis reptil biawak dan ular, ikan,
burung, dan crustacea.
Jenis-jenis karang yang ditemukan di sekitar Pulau Berhala termasuk ke dalam jenis karang keras (hard coral) seperti massive coral dengan penutupan 53%, acropora tabulate 24%, acropora digitata 15%, dan coral branching 7%. Ekosistem Karang di perairan sekitar Pulau Berhala merupakan ekosistem yang kompleks dimana banyak organisme laut yang berasosiasi intensif dengan ekosistem utama pulau ini, seperti penyu hijau (Chelonia mydas) biasanya bertelur pada bulan Mei dan Juni setiap tahunnya di pantai Pulau Berhala. Kehadiran penyu-penyu tersebut menjadi harapan tersendiri bagi kegiatan konservasi dan pengembangbiakan penyu sebagai salah satu fauna yang dilindungi. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai telah mengeluarkan Perda No. 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Pulau Berhala sebagai kawasan wisata bahari berwawasan lingkungan (Eco Mmarine Tourism). Beberapa ikan karang konsumsi yang dijumpai adalah jenis ikan kerapu (Chomileptes altivelis, Ephinephelus fuscoguttatus), ikan kakap (Baroci) (Lutjanus decussatus), ikan baronang (Siganus coralinus, S. dolainus), ikan ekor kuning (Caesio kuning), ikan tanda-tanda (Lutjanus Fulvilamma), ikan pari bintik biru (Halichoeris centriquadrus), ikan gitaran (Rhynchobatus djiddesis), ikan pari (Rhinotera javanica), dan beberapa jenis ikan hias.
Jenis-jenis karang yang ditemukan di sekitar Pulau Berhala termasuk ke dalam jenis karang keras (hard coral) seperti massive coral dengan penutupan 53%, acropora tabulate 24%, acropora digitata 15%, dan coral branching 7%. Ekosistem Karang di perairan sekitar Pulau Berhala merupakan ekosistem yang kompleks dimana banyak organisme laut yang berasosiasi intensif dengan ekosistem utama pulau ini, seperti penyu hijau (Chelonia mydas) biasanya bertelur pada bulan Mei dan Juni setiap tahunnya di pantai Pulau Berhala. Kehadiran penyu-penyu tersebut menjadi harapan tersendiri bagi kegiatan konservasi dan pengembangbiakan penyu sebagai salah satu fauna yang dilindungi. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai telah mengeluarkan Perda No. 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Pulau Berhala sebagai kawasan wisata bahari berwawasan lingkungan (Eco Mmarine Tourism). Beberapa ikan karang konsumsi yang dijumpai adalah jenis ikan kerapu (Chomileptes altivelis, Ephinephelus fuscoguttatus), ikan kakap (Baroci) (Lutjanus decussatus), ikan baronang (Siganus coralinus, S. dolainus), ikan ekor kuning (Caesio kuning), ikan tanda-tanda (Lutjanus Fulvilamma), ikan pari bintik biru (Halichoeris centriquadrus), ikan gitaran (Rhynchobatus djiddesis), ikan pari (Rhinotera javanica), dan beberapa jenis ikan hias.
II.3 ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN
Analisis
penggunaan tanah di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari analisis penggunaan
tanah untuk kawasan budidaya yaitu: Kawasan hutan produktif; kawasan hutan
rakyat; kawasan pertanian; kawasan pertambangan; kawasan peruntukan industri;
kawasan pariwisata; dan kawasan
permukiman. Analisis penggunaan tanah untuk kawasan lindung yaitu: kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya; kawasan perlindungan setempat;
kawasan suaka alam; kawasan pelestarian alam; kawasan cagar budaya; kawasan
rawan bencana alam dan kawasan lindung lainnya. Tujuan analisis penggunaan
tanah adalah agar tanah dapat dimanfaatkan secara optimal, seimbang, serasi,
dan lestasi serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat. Agar tujuan perencanaan penggunaan tanah dapat tercapai
perlu suatu pedoman untuk diperhatikan antara lain:
1.
Pedoman Politik
Bahwa
rencana penggunaan tanah itu harus benar-benar mampu menjabarkan
kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan yang sudah ditetapkan sebelumnya misal:
Propeda Provinsi, Propeda Kabupaten dan sebagainya serta ketentuan-ketentuan
tentang pengolahan Lingkungan Hidup sesuai dengan UU No. 4 tahun 1982, Keppres
No. 32 tahun 1990 dan PP No.47 Tahun 1997.
2.
Pedoman Hukum
Bahwa
perencanaan penggunaan tanah itu harus memperhatikan danmenghormati hak-hak
yang melekat atas tanah, sehingga dalam pelaksanaan rencana tidak menimbulkan
keresahan. Aturan-aturan yang harus diakui dalam mencapai tertib hukum dan
tertib administrasi pertanahan adalah seperti yang tertuang dalam UUPA khusus
pasal 16, 18 dan 19, UU No. 20 tahun 1961 tentang pencabutan hak, PP No. 10
tahun 1961 tentang pendaftaran tanah dan Impres No. 9 tahun 1973 tentang
batas-batas kepentingan umum.
3.
Pedoman Organisatoris
Bahwa
sektor-sektor tidak boleh mencari tanah secara sendiri-sendiri, sebabakan
terjadi tumpang tindih. Oleh sebab itu dalam hal mencari tanah didaerah harus
lewat satu pintu, yaitu melalui Kepala Daerah (Gubernur atau Bupati). Pelaksanaan
pembangunan dan sistem pengawasannya harus berpegang pada aturan yang tunggal,
karena itu secara organisatoris, baik perencanaan, pelaksanaan maupun
pengawasan harus mengikuti aturan yang tertuang dalam UU No. 5 tahun 1974.
4.
Pedoman Teknis
Bahwa
secara teknis perencanaan penggunaan tanah itu harus berpedoman kepada
azas-azas: optimalisasi, keseimbangan,keserasian dan kelestarian lingkungan.
Sebagai pedoman dapat digunakan konsep-konsep Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya, konsep wilayah/konsep kesesuaian lahan.
Kesimpulan
1. Iklim
di Wilayah Serdang bedagai menurut system klasifikasinya yaitu iklim E2 dengan kesesuaian
untuk pertanian yaitu daerah ini umumnya terlalu kering, maka ganya bias
ditanami palawija
2. Keadaan
Topografi di wilayah studi tergolong datar dengan kemiringan 0-3%
3. Tekstur
tanah didominasi oleh tekstur berlempung, mulai dari lempung hingga lempung
lait berpasir dengan permeabilitas sangat lambat.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmawijaya,
1992. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan, Fauzi,Sarifuddin
dan H. Hanum.2010.Kesuburan Tanah dan Pemupukan.USU Press. Medan.
Hasibuan,
B. E., 2006. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara Medan.
www.wikipedia.com
Komentar
Posting Komentar